Hambatan Komunikasi dan Kegagalan Manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mewujudkan Fungsi Integratif
DOI:
https://doi.org/10.37824/pai.v1i1.6Kata Kunci:
Hambatan, Hambatan Komunikasi, Kegagalan Manajemen, Fungsi IntegratifAbstrak
Hambatan atau sumbatan komunikasi di Puskesmas diduga potensial terjadi dan mempengaruhi manajemen Puskesmas dalam mewujudkan fungsi integratif antara UKM dan UKP. Kegagalan manajemen Puskesmas mewujudkan fungsi integratif dapat berdampak kepada rendahnya kualitas pelayanan dan lebih lanjut dapat berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Indikator mutu manajemen Puskesmas yang baik adalah terwujudnya fungsi integratif UKM dan UKP tingkat dasar baik integrasi program maupun sumber daya. Kemampuan menjalankan fungsi intgeratif dengan baik mencerminkan kualitas manajemen Puskesmas. Mengintegrasikan penyelenggaraan fungsi UKM dan UKP secara berkesinambungan, efektif dan berhasil guna memiliki keunikan dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Telaah atas hambatan komunikasi di Puskesmas dengan kegagalan manajemen dalam mencapai kualitas yang distandarkan memiliki korelasi yang nyata. Artinya semakin baik sistem komunikasi struktural yang secara nyata dapat menghindari dan mengatasi sumbatan komunikasi maka akan semakin meningkat kualitas maanajemen
Referensi
Arianto, (2017) Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Antara Dokter dan Pasien, Fisip Universitas Tadulako-Palu
Brown, H., Ramchandani, M., Gillow, J. and Tsaloumas, M. (2004). Are patient information leaflets contributing to informed consent for cataract surgery?,Journal of Medical Ethics, 30, 218–20
Chruden and Sherman, (1980), Personnel management the utilization of human resources, South-Western Pub. Co. in Cincinnati .
Dianne Berry (2007) Health Communication: Theory and Practice. McGraw-Hill Education, New York,
Edelmann, R.J. (2000). Psychosocial Aspects of the Health Care Process. London: Prentice Hall.
Edwards, I.R. and Hugman, B. (1997). The Challenge of Effectively Communicating Risk-Benefit Information, Drug Safety
Ganjar, Agus. 2009. Memetakan Komunikasi Kesehatan. BP2Ki.Bandung
Hargie, O. and Dickson, D. (2004). Skilled Interpersonal Communication: Research,Theory and Practice. Hove: Brunner Routledge.
Kemenkes (2014), Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Jakarta
Kemenkes (2015), Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Jakarta
Lloyd, M. and Bor, R. (1996). Communication Skills for Medicine. Edinburgh:Churchill Livingstone.
Ong, L.M., de Haes, J.C., Hoos, A.M. and Lammes, F.B. (1995). Doctor–Patient Communication: A Review Of The Literature, Social Science and Medicine.
Rogers, E.M. (1996). The Field Of Health Communication Today: An Up-To-Date Report, Journal of Health Communication,
Robbins,S.P., (Penerjemah: Diana Angelica,2008),Perilaku organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
T. Leary, Nourthhouse dan Guy. 2011. Health Communication (A Handbook For Health Profesional. New Jersey, Practical Hall.
Tutut Handayani (2017) Membangun Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Kualitas Dalam Proses Belajar Mengajar, Fakultas Tarbiyah Iain Raden Fatah Palembang
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2020 Menap Menap
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.