Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Diagnosis Karakter Ke 5 Dan Kode External Cause Pada Kasus Fraktur Di Rumah Sakit Umum Daerah Praya
Kata Kunci:
Faktor, kode, diagnosa, External, CauseAbstrak
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Praya pada bulan Februari 2020 jumlah pasien kasus fraktur dari tahun 2020 berjumlah 23 pasien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa Faktor Penyebab Ketidakterisian Kode Diagnosis Karakter ke-5 dan dalam penelitian ini adalah semua berkas rekam medis kasus fraktur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Praya yang berjumlah 23 pasien. sampel dalam penelitian ini adalah semua berkas rekam Kode Exsternal Cause Pada Kasus Fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah Praya ?”Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis karakter ke-5 dan kode external cause pada kasus fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah Praya, sedangkan tujuan khususnya mengidentifikasi proses dalam pengkodean diagnosis pada kasus fraktur, mengidentifikasi faktor penyebab ketidakterisian kode diagnosis karakter ke-5 dan kode exsternal cause pada kasus fraktur di RSUD Praya.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi medis kasus fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah Praya yang berjumlah 23 diagnosis. Diolah menggunakan analisa kuantitatif dan disajikan dalam bentuk chek list.Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 3 s/d 7 Juli 2020 terhadap berkas rekam medis yang berjumlah 23. Terdapat 5 diagnosis yang dikode dengan lengkap dan 18 diagnosis yang dikode dengan tidak lengkap, dari 18 diagnosis yang dikode dengan tidak lengkap dapat dikategorikan menjadi kode yang kurang spesifik dan kode yang salah kode.Kesimpulan dari 23 diagnosis terdapat 22 % diagnosis yang di isi dengan lengkap dan yang tidak terisi lengkap sebanyak 78 % diagnosis. Sebaiknya petugas lebih teliti lagi dalam melakukan pengkodean. Jika ada diagnosis yang kurang jelas maka petugas koding berkonsultasi kepada petugas yang bisa memahami tulisan dokter tersebut, contohnya perawat.
Referensi
Budi (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta : Kuantum Sinergis Medis
Dorland (2010). Kamus Kedokteran Dorland, edisi 31 Jakarta : EGC.
Gemala, R, Hatta (2010). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia
Noorisa (2017). Journal of Orthopaedi & Traumatology Surabaya, ISSN 2460-8742, Vol 6 No. 1, Maret 2017
Notoatmodjo, S, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam (2011). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya :Salemba Medikan.
Permenkes No. 76 Tahun 2016 tentang Pedoman Indonesian Groups (INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. www.jamsosindonesia.com.
Permenkes RI No. 340/menkes/per/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit.
Permenkes RI No. 55 tahun 2013 tentang rekam medis.
Sugiyono (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono(2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung : Alfabeta.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
World Health Organization, ICD-10, Volume 1 : Tabular List, Genava, 2010.
World Health Organization, ICD-10, Volume 3 : Alphabetical Index, Genava, 2010.
Gemala, R, Hatta. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan disarana Pelayanan Kesehatan, edisi revisi 2.Jakarta : Universitas Indonesia.
Atmoko, Tjipto. ((2012). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta : Skripsi Unpad.
Hartatik, Indah Puji. (2014). Buku Praktis Mengembangkan SDM . Jogjakarta : Laksana.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2022 Rehanun Rehanun, Suswinda Yuli Sutomo
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.